BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pergeseran paradigma dari mengagung–agungkan IQ kepada kecerdasan
ganda membawa pengaruh
besar bagi guru dalam merencanakan pembalajaran dan yang utama dalam melaksanakan pembelajaran.Kerena kini guru akan lebih
memperhatikan anak didiknya tentang bakat dan kemampuan yang berbeda beda antara anak satu dengan anak yang lainya.
Dr
Howard Gardner (dalam sukses merancang pembelajaran Agus Kasiran 2008:3 )
mengatakan bahwa manusia lebih rumit dari apa yang dijelaskan dari tes IQ atau
tes apapun ia juga mengatakan bahwa orang yang berbeda memiliki kecerdasan yang
berbeda dalam bukunya yang berjudul Multifle Intellegence mengusulkan tujuh
macam komponen kecerdasan meliputi :
(1).Kecerdasan linguistic Verbal dan (2). Kecerdasan Logika Matematik yang sudah dikenal
sebelumnya.Ia menambahkan komponen kecerdasan lainya yaitu (3). Kecerdasan
Spatial Visual ,(4). Kecerdasan ritmik music, (5). Kecerdasan kinestetik .(6).
Kecerdasan interpersonal, (7). Kecerdasan Intrapersonal, sekarang tujuh
kecerdasan itu bertambah lagi dengan kecerdasan naturalis.
Tipe kecerdasan tidak hanya
satu.Setiap orang mempunyai gaya belajar yang unik sama halnya dengan sidik
jari, oleh kerena itu sekolah yang efektif harus mengenali secara dini masing
masing peserta didik dan kemudian member layanan yang sesuai dengan tipe
kecerdasan yang mereka miliki.Peran penting pendidikan dalam mengembangkan
kecerdasan minimal ada dua macam,Pertama mengenalinya secara dini tipe
kecerdasan setiap peserta didik, Kedua memberikan model layanan pendidikan yang
sesuai dengan kecerdasan tersebut (
mengasah dan mengembangkan kecerdasan semua peserta didik secara optimal).
Dalam proses
belajar mengajar, pendidik setidaknya harus memperhatikan kecenderungan kecerdasan
potensial masing – masing peserta didik, peserta didik yang mempunyai
kecerdasan logis matematis pasti akan memiliki gaya belajar (learning style),bakan dengan peserta
didik yang memiliki kecerdasan ragawi
kinestetis.Peserta didik
yang mempunyai kecerdasan ragawi kinestetis
akan merasa lega jika diberikan kesempatan ,untuk terjun kelapangan olahraga
atau ketempat latihan tari menari , demikian
juga dengan peserta didik yang memiliki kecerdasan lainya .
Sejalan
dengan paparan kecerdasan ganda dan tipe belajar maka kegiatan pembelajaran
bagi siswa kelas rendah dari kelas 1,2dan 3 Sekolah Dasar , sebaiknya dilakukan
dengan pembelajaran tematik.
Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang
mengunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepadaq
siswa. Tema adalah pikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan(Poerwadaminta, 1983).
Pembelajaran
terpadu berfungsi sebagai wadah , ajang
atau muara penyatuan konsep konsep yang dikandung beberapa pokok bahasan atau
beberapa bidang studi yang harus memiliki keterkaitan dan keterpaduan
pemahamanya. Pola ini berawal daari asumsi bahwa batas antar berbagai bidang
studi sebenarnya tidak terlalu ketat ,artinya berbagai pengetahuan ,
keterampilan dan sikap dapat diperoleh dari berbagai bidang studi yang tidak perlu dikemas dalam paket – paket terpisah .
Pembelajaran
jika dibandingkan dengan pendekatan konvesional , pe3dekatan pembelajaran
tematik tampak lebih menekankan pada identifikasi awal tentang kecerdasan ganda
dan tipe belajar anak didik.Sehingga dalam rangka implentasi standar isi yang
temuat dalam Standar Nasional Pendidikan maka pembelajaran kelas awal 1, 2 dan 3 Sekolah Dasar yakni lebih sesuai
jika dikelola dan dikemas melalui pendekatan pembelajaran tematik.
Tetapi ,
pemberlakuan pembelajaran tematik dikelas rendah Sekolah Dasar dihadapkan dengan sejumlah kendala diantaranya :